Dua tahun silam, Hartadi memang begitu gering. Jika berjalan ia merasa tak seimbang, tubuh miring, dan kerap jatuh. Bobot tubuh melorot tajam, 86 kg menjadi 60 kg, hanya dalam sebulan. “Saya tinggal kulit pembalut tulang,” kata ayah tiga anak itu. Semula dokter menduga, Hartadi mengalami gangguan saraf. Namun, tes darah menyibak biang kerok itu semua adalah kadar gula darah yang membubung: 600 mg/dl; kadar normal kurang dari 200 mg/dl.
Ahli medis geleng-geleng kepala melihat hasil tes itu. Ia heran, kadar gula darah yang menjulang, tetapi Hartadi tak pingsan. Mendengar diagnosis itu keluarga pasrah. Namun, Hendrik Christianto – anak sulung Hartadi – yang bekerja di Kabupaten Mimika, Papua, enggan menerima suratan itu. Ia mengirimkan empat botol berisi masing-masing 30 kapsul daun kelor kepada ayahnya di Karawang, Provinsi Jawa Barat. Hendrik terinspirasi seorang kenalan warga Mimika yang juga mengidap diabetes mellitus. Banyak bahan pangan yang mesti ia hindari jika hendak selamat.
Penderita itu akhirnya menyantap sayur daun kelor Moringa oleifera hampir saban hari. Tanpa ia sadari, itulah jalan kesembuhan baginya. Bersandar pada kasus di Mimika Hartadi rutin menelan tiga kapsul dua kali sehari sebelum makan pada pertengahan 2010. Dua pekan kemudian ia merasakan perubahan: jalan relatif seimbang dan saat malam frekuensi berkemih turun drastis menjadi 10 kali – biasanya 20 kali per malam. Perkembangan itu sejalah dengan turunnya kadar gula darah menjadi 520 mg/dl.
Panasea
Hasil tes darah itu sangat menggembirakan Hartadi. Itulah sebabnya ia disiplin mengonsumsi kapsul daun kelor. Makin hari, kadar gula darah pria 59 tahun itu kian turun. Pengecekan terakhir pada 2 Juni 2011 menunjukkan kadar gula darah normal, 145 mg/dl. Kini tubuh Hartadi kembali padat berisi dan segar bugar. Meski begitu ia tetap mengonsumsi kapsul daun tanaman anggota famili Moringaceae itu. Dosis berkurang, hanya dua kapsul per hari.
Kelor terbukti tokcer mengatasi diabetes mellitus. Bukti empiris itu sejalan dengan hasil penelitian Jaiswal Dolly. Periset dari Departemen Kimia Universitas Allahabad, India, itu membuktikan ekstrak kelor lebih efektif menurunkan kadar gula darah daripada Glipizide, obat yang biasa direkomendasikan dokter untuk mengatasi kencing manis. Dalam riset tikus diabetes mellitus itu semula berkadar gula darah 300 mg/dl. Namun, setelah mengonsumsi 300 mg ekstrak daun kelor, kadar gula darah puasa 90 mg/dl pada hari ke-21.
Daun kelor bukan hanya mujarab mengatasi penyakit yang namanya berasal dari dokter di Yunani, Aretaeus (30 – 90) itu (bahasa Yunani: diabainein = pancuran, mellitus = manis). Faktanya banyak pasien beragam penyakit merasakan khasiat tanaman dari India utara itu. Damar Novaldi – bukan nama sebenarnya – misalnya, pada Maret 2011 merasakan sakitnya splenomegali. Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari Universitas Airlangga, dr Arijanto Jonosewojo SpPD, splenomegali adalah pembengkakan limpa.
“Gangguan fungsi hati seperti sklerosis hati atau kanker hati dapat menyebabkan splenomegali,” kata Arijanto. Penyakit itu dapat mengakibatkan kematian bila organ di belakang lambung sepanjang 12 cm itu pecah. “Saya pasrah. Istri dan ibu juga merasa terpukul,” kata Damar Novaldi setelah mendapat diagnosis itu. Akibat penyakit itu, punggung sakit bukan kepalang, meski tersentuh sedikit saja. Nyeri hebat juga ia rasakan di ulu hati. Kondisi itu membuat Damar serbasalah: tidur miring sakit, telentang pun nyeri.
“Kelor bersifat segelas. Hasil rebusan itulah yang ia minum rutin dingin, tidak dicampur dengan herbal panas, (sereh) karena melemahkan fungsi masing-masing bahan. Perpaduan daun kelor, kunyit, dan daun sembung mempercepat regenerasi sel,”
dr Sidi Aritjahja
Menurut Arijanto sakit punggung dan ulu hati itu karena limpa membengkak dan mengalami penekanan sehingga mempengaruhi saraf-saraf organ di sekitarnya. Sepekan opname di rumahsakit di Jakarta Selatan, intensitas sakit memang berkurang. Namun, setelah kembali ke rumah, pria 32 tahun berbobot 86 kg dan tinggi 169 cm itu merasa nyeri lagi. Oleh karena itu ia patuh saat ibu menyarankan untuk menemui Valentina Indrajati, herbalis di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Ketika itulah Valentina meresepkan beragam herbal seperti daun kelor, rimpang bangle, dan daun jati belanda – semua dalam bentuk serbuk berbobot masing-masing 10 gram. Damar merebus herbal dalam dua gelas hingga mendidih dan tersisa segelas. Hasil rebusan itulah yang ia minum rutin dua kali sehari. Pada awal Juli 2011 setelah tiga bulan konsumsi herbal, ia memeriksakan kondisi kesehatan.
“Pinggiran limpa yang semula menghitam, kembali normal berwarna ungu gelap. Limpa juga sudah tak membengkak,” kata Damar yang girang bukan main. Menurut Valentina yang meresepkan daun kelor sejak 2005, kelor memperbaiki fungsi hati yang berhubungan dengan pencernaan dan detoksifikasi. Selain itu kelor juga kaya antioksidan untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Ketika kondisi tubuh sehat ibarat benteng yang kokoh, sehingga mampu melawan serangan penyakit.
Makin populer
Setahun terakhir, kelor Moringa oleifera (sinonim Guilandina moringa) memang naik daun. Indikasinya antara lain kian banyak pasien yang memanfaatkan kelor. Damar Novaldi dan Hartadi hanya sebagian kecil yang merasakan khasiat daun kelor. Kelor juga mujarab mengatasi beragam penyakit lain seperti hepatitis, hiperlipidemia alias kolesterol tinggi, dan jantung. Pemanfaatan kelor sebagai herbal “tak terdengar” bila dibandingkan brotowali Tinospora crispa, sambiloto Andrographis paniculata, atau temuputih Curcuma zedoaria.
Selama ini daun kelor identik dengan dunia magis, untuk membuang kesaktian seseorang menjelang ajal. Biji klenthang alias polong kelor populer sebagai penjernih air. Namun, siapa sangka di balik itu semua daun kelor manjur sebagai panasea alias obat untuk beragam penyakit. Riset ilmiah mendukung kuat bukti empiris itu. Setahun lalu Valentina kedatangan pasien hepatitis C. “Matanya menguning, kulit tubuhnya juga kuning,” kata herbalis yang kerap mengajar yoga di India dan Thailand itu.
Herbalis itu meresepkan kelor dan beberapa herbal lain seperti sambiloto dan pegagan kepada penderita berusia 16 tahun itu. Setelah rutin mengonsumsi rebusan serbuk daun kelor, ia akhirnya sembuh sehingga batal opname di rumahsakit. Periset dari Anna Technology University, Tamilnadu, India, C Senthil Kumar, membuktikan bahwa daun kelor memang berkhasiat sebagai hepatoprotektor alias pelindung hati.
Menurut dokter sekaligus herbalis di Yogyakarta, dr Sidi Aritjahja, kelor mengandung antioksidan yang sangat tinggi dan sangat bagus untuk penyakit yang berhubungan dengan masalah pencernaan, misalnya luka usus dan luka lambung. “Bagian apa pun yang dipakai aman asal memperhatikan caranya,” ujar alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Minumlah rebusan daun kelor selagi air hangat. Sebab, efek antioksidan masih kuat dalam keadaan hangat. Menurut dr Paulus Wahyudi Halim di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kelor memiliki energi dingin. Herbal seperti itu cocok untuk mengatasi penyakit dengan energi panas atau kelebihan energi seperti radang atau kanker.
Serba ada
Begitu dahsyatnya khasiat daun kelor mengatasi aneka penyakit. Harap mafhum, daun pohon stik drum itu memang mengandung senyawa aktif dan gizi lengkap (lihat infografis) Ahli gizi dari Pusat Penelitian Gizi dan Makanan, Dr Mien Karmini, mengatakan, “Konsumsi asam amino terlalu banyak, efeknya tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun, kerja ginjal lebih berat karena asam amino dikeluarkan melalui ginjal. Bila asam amino berasal dari nabati, kemungkinan ginjal bekerja ekstra lebih rendah daripada asam amino dari hewani.”
Beberapa senyawa aktif dalam daun kelor adalah arginin, leusin, dan metionin. Tubuh memang memproduksi arginin, tetapi sangat terbatas. Oleh karena itu perlu asupan dari luar seperti kelor. Kandungan arginin pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg; sedangkan pada daun kering, 1.325 mg. Menurut Dr Mien Karmini, arginin meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Di samping itu, arginin juga mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kemampuan untuk melawan kanker, dan memperlambat pertumbuhan tumor.
Sementara metionin yang kadarnya mencapai 117 mg pada daun segar dan 350 mg (kering) mampu menyerap lemak dan kolesterol. Oleh karena itu, metionin menjadi kunci kesehatan hati yang banyak berhubungan dengan lemak. Kekurangan metionin menyebabkan beragam penyakit seperti rematik kronis, sirosis, dan gangguan ginjal. Kadar valin dalam daun segar 374 mg atau 1.063 mg (kering) berfungsi dalam sistem saraf dan pencernaan. Perannya antara lain membantu gangguan saraf otot, gangguan mental, emosional, dan insomnia.
Tubuh juga memerlukan leusin karena tak mampu memproduksi sendiri. Daun kelor segar mengandung 492 mg leusin berperan dalam pembentukan protein otot dan fungsi sel normal. “Leusin sangat penting untuk pertumbuhan sel sehingga anak-anak dan remaja mutlak memerlukannya. Ambang batas kebutuhan leusin adalah 55 mg per g protein,” kata Mien Karmini.
Itu hanya sebagian kecil senyawa aktif pada daun kelor. Padahal, selain daun, bagian lain pada tanaman itu juga tak kalah berkhasiat. Kulit batang Moringa oleifera, umpamanya, berkhasiat antitumor (baca Pucuk Sampai Akar Manjur halaman 20 – 21). Pantas bila kini makin banyak herbalis yang meresepkan daun kelor. Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana, misalnya, meresepkan daun kelor untuk para pasien beragam penyakit seperti hiperlipidemia dan pendarahan.
Lina memberikan kelor kepada Asih Susilowati yang keguguran. Peran kelor membantu produksi sel darah merah akibat kehilangan darah saat keguguran, memperkuat rahim, dan saluran indung telur. Sebulan setelah rutin mengonsumsi rebusan daun kelor, Asih hamil. Ia melahirkan dengan selamat sembilan bulan kemudian. Herbalis di Kotamadya Batu, Provinsi Jawa Timur, Wahyu Suprapto, sepakat bahwa kelor bagus bagi penderita pendarahan seperti Asih dan anemia. Kandungan zat besi kelor sangat tinggi, yakni 28 mg per 100 gram bahan.
Tren kelor
Pemanfaatan kelor untuk herbal kini terbukti kian meluas di berbagai daerah. Kondisi itu mendorong Muslihuddin dan Gatot Santosa membuka kebun kelor 1 ha di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Agustus 2009. Jangan bayangkan tanaman kelor yang tinggi menjulang. Kelor budidaya tak lebih dari 75 cm karena pekebun kerap memanen seperti teh. Dari kebun itulah mereka mengekstrak kelor. Produksinya baru 200 botol – masing-masing 30 kapsul – per bulan.
Dalam waktu dekat, Gatot Santosa bersiap memenuhi permintaan rutin importir dari India yang mencapai 25.000 botol per bulan. Produksi ekstrak kelor itu mereka lakukan setelah Muslihudin, karyawan Freeport Indonesia di Timika, Provinsi Papua, terbelalak mengetahui khasiat kelor dari dunia maya. “Kita bisa membantu masyarakat untuk memproduksi herbal asal kelor,” kata Muslihudin.
Salman Rizki di Surabaya rutin mengirimkan ekstrak kelor ke Filipina sejak 2005. Ia memperoleh bahan baku dari daerah di sekitar Surabaya seperti Pasuruan dan Mojokerto. Sayang, ia merahasiakan rendemen dan harga jual. Salman mengirimkan rata-rata 400 kg ekstrak daun kelor per bulan. Kaum ibu di Filipina memberikan malunggay alias kelor kepada bayi-bayi mereka. Mereka menyebut kelor sebagai “teman ibu yang baik”.
Di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, kelor memang sohor sebagai bahan pangan. Rodney Perdew yang tinggal di Arizona, Amerika Serikat, membudidayakan kelor di Arizona dan Meksiko – lebih dari 80.000 tanaman. Ia mengolah kelor menjadi teh, kapsul, dan minyak. “Sejak dua tahun lalu, terjadi peningkatan pertumbuhan 50% per tahun,” kata Rodney.
Ia tertarik mengebunkan komoditas itu karena, “Kelor merupakan sumber pangan yang hebat, sekaligus bahan kosmetik dan obat,” kata Rodney kepada wartawan Trubus Tri Istianingsih. Itu bukti bahwa kelor memang tanaman serbaguna: daun, kulit batang, polong, akar, bahkan getahnya pun berkhasiat obat. (Sardi Duryatmo/Peliput: Andari Titisari, Imam Wiguna, Pranawita Karina, & Tri Susanti)
Sumber: https://www.trubus-online.co.id/
Kandungan vitamin daun kelor khasiatnya lebih tinggi dari jeruk dan wortel
Oleh: Khomarul Hidayat
Kandungan vitamin daun kelor khasiatnya lebih tinggi dari jeruk dan Daun kelor rupanya memiliki kandungan vitamin tingggi. Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogir (IPB) Yusman Syaufakat mengatakan, daun kelor memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan. Bahkan, vitamin C di daun kelor tujuh kali lebih banyak dari jeruk.
Menurut Yusman, kandungan vitamin A di daun kelor lebih banyak dari wortel. Kadar kalsiumnya juga empat kali lebih banyak dari susu.
"Kaliumnya juga tiga kali lebih banyak dari pisang dan kandungan protein dua kali lebih banyak dari telur," ungkap Yusman seperti dilansir dari laman IPB, Sabtu (2/1).
Ketua Dewan Guru Besar IPB, Evy Damayanthi memiliki pandangan yang sama. Dia mengaku kandungan gizi daun kelor tidak terbantahkan lagi.
Baca Juga: 13 Manfaat daun kelor untuk kesehatan tubuh Anda
Daun kelor bahkan banyak digunakan dalam program-program pengentasan masalah gizi. Daun kelor juga sudah sangat akrab dengan masyarakat Indonesia.
Namun masih banyak masyarakat yang belum tertarik untuk membudidayakan tanaman yang kaya manfaat tersebut. "Di Nusa Tenggara Timur (NTT) setiap rumah sudah harus menanam paling tidak lima pohon kelor. Jadi saya senang membuat program pendampingan budidaya kelor dari hulu ke hilir," jelas Evy. Dosen dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB, Hamim juga menyampaikan, daun kelor dari sisi ketahanan merupakan jenis tanaman yang mudah dibudidayakan.
Walaupun demikian, proses budidaya dengan penerapan pertanian monokultur, risiko serangan hama menjadi hal yang cukup tinggi probabilitasnya. "Meski begitu, saya yakin para pakar di IPB pasti sudah melakukan kajian-kajian terkait dan pastinya sudah ada alternatif strategi pengendalian hama," terang Hamim.
Ada 10.000 unit usaha daun kelor
Dari kalangan industri, yakni CEO PT Moringa Organik Indonesia (MOI), Budi Krisnadi menyebutkan, sudah ada 10.000 unit usaha daun kelor dari Aceh hingga Papua. Tapi, mayoritasnya usaha kecil.
Budi menegaskan, titik susah dalam mengelola daun kelor adalah saat proses perontokan lembaran daun dan tangkainya. Apabila bagian tangkai terbawa ke dalam proses produksi, maka akan menurunkan kandungan dari daun kelor.
Sebab, bagian tersebut terdapat anti nutrien. "Proses rorot (perontokan lembaran daun) bisa dilakukan di rumah dengan mesin kecil. Ini menjadi potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat," sebut Budi.
Budi menambahkan, perusahaannya terbuka bila ada unit usaha yang ingin belajar pengolahan daun kelor. Langkah ini merupakan bentuk dukungan untuk pengembangan daun kelor.
Sumber: https://kontan.co.id/
Ini Manfaat lain Pohon Kelor
by Bambang Budi Santoso
Daun kelor nyata-nyata memiliki banyak manfaat baik untuk kesehatan tubuh manusia, untuk lingkungan, maupun untuk bahan alternatif biodiesel, masih saja sebagian besar masyarakat menyepelekannya. Daun ataupun buah kelor muda akan dipilih sebagai bahan sayuran hanya jika bahan (jenis) sayuran lainnya tidak tersedia. Sayuran kelor masih sebagai pilihan kedua. Hal ini terjadi tidak saja di kalangan masyarakat kota tetapi juga justru di kalangan masyarakat pedesaan, dimana pohon kelor banyak tumbuh.
Berikut ini adalah bahan penyuluhan yang telah disampaikan pada dua kelompok tani di kawasan Lombok Utara. Tujuan kegiatan penyuluhan ini adalah menyampaikan manfaat-manfaat pohon kelor sehingga nantinya dengan mengetahui betapa banyak manfaatnya, mereka akan membudidayakan untuk mendapatkan berbagai produk pohon kelor, tidak hanya mengekploitasi pohon-pohon yang sudah ada tumbuh berkembang sejak puluhan tahun tanpa pemeliharaan demi keberlanjutan produksi daun ataupun buah muda yang dijadikan sebagai sayuran alternatif jika jenis sayuran lainnya tidak tersedia.
Sehubungan dengan banyaknya manfaat dari pohon kelor ini, pada akhirnya pohon (tanaman) kelor ini dikenal sebagai tanaman ajaib (miracle plants). Tidak saja berguna sebagai sumber pangan sehat yang penuh manfaat bagi kesehatan tubuh manusia, sumber bahan obat (herbal atau biomedicine), sumber pakan ternak, sebagai bahan pembersih air, biji kelor dapat sebagai sumber minyak yang diperuntukan sebagai alternatif biodiesel. Pohon (tanaman) kelor telah tumbuh menyebar di setiap bagian dari belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Tanaman kelor sudah dikenal luas di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan. Selama ini pada sebagian besar daerah di Indonesia tanaman kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup, ditanam di sepanjang ladang atau tepi sawah, berfungsi sebagai tanaman penghijau. Selain itu tanaman kelor juga dikenal atau dimanfaatkan sebagai tanaman berkhasiat obat. Bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, biji, hingga akarnya. Namun demikian, khasiat utama yang telah dimanfaatkan dari tanaman kelor, terutama daunnya, adalah sebagai sayuran. Penanaman tanaman kelor seringkali dijadikan sebagai tanaman sela, sebagai sumber pakan ternak, sumber pangan, dan juga sebagai bahan obat alami. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian intensif yang dilakukan negara-negara di benua Afrika, bahwa ternyata tanaman kelor telah menjadi basis utama dalam memerangi kondisi kurang gizi, lapar gizi, dan berbagai problema kesehatan. Oleh karena itu, kini tanaman kelor mulai dan telah dibudidayakan beberapa negara ataupun daerah termasuk di Indonesia, baik skala rumah tangga, perkebunan kecil maupun besar yang terpadu dengan industri pengolahan dengan sarana ekspor. Pada beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, khususnya di daerah Blitar–Jawa Tengah, budidaya tanaman kelor untuk memperoleh daunnya merupakan suatu program yang sedang dijalankan.
Terdapat beberapa julukan untuk pohon kelor di antaranya The Miracle Tree, Tree for Life, The Mother’s Friend, dan Amazing Tree. Julukan tersebut muncul karena sebagian besar bagian-bagian tubuh tanaman kelor mulai dari daun, buah, biji, bunga, kulit, batang, hingga akar memiliki manfaat yang luar biasa, baik sebagai bahan sayuran sehat, bahan obat berbagai macam penyakit, pakan ternak, bahan pembersih air, hingga bahan alternatif energi nabati (biodiesel).
Tanaman kelor mempunyai potensi atau kemampuan memproduksi biomassa yang tinggi yaitu dapat mencapai 4,2–8,3 ton bahan kering/ha pada interval pemotongan (panen) 40 hari. Kandungan protein daun berkisar 19,3–26,4%. Daun kelor selain mengandung protein yang tinggi, juga memiliki asam amino esensial yang lengkap, vitamin seperti A, C, B1, dan B kompleks serta mineral seperti Fe, Ca, Mg, Se, dan Zn.
Walaupun tanaman kelor memiliki potensi pemanfaatannya yang serbaguna, di Indonesia sendiri pemanfaatan tanaman kelor masih belum banyak diketahui. Sebagian besar memanfaatkan terutama daun dan buah mudanya sebagai sayur. Penggunaan daun kelor sebagai sayuran umum dilakukan masyarakat di Nusa Tenggara Barat, namun penggunaannya sebagai bahan obat, pakan ternak, maupun sumber energi nabati belum dilakukan. Beberapa tahun belakangan ini pemanfaatan tanaman kelor sudah mulai semakin beragam peruntukan dan meluas di masyarakat, terutama sebagai sumber pangan sehat dan beberapa manfaat pengobatan serta kecantikan.
Hampir semua bagian tanaman kelor ada manfaatnya. Secara garis besar beberapa kegunaan tanaman kelor adalah sebagai berikut,
Sebagai sumber energi alternatif
Dari tanaman kelor dapat dihasilkan beberapa bentuk energi seperti biogas, bioethanol, biodisel, dan briket. Khususnya biodiesel, sumber energi ini dapat diperoleh dengan memanfaatkan minyak yang ada di dalam biji yang bersifat ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar minyak solar. Kandungan minyak biji kelor sekitar 35%. Buah yang di dalamnya berisi banyak biji sudah dapat terbentuk pada tanaman yang telah berumur 1 tahun.
Proses transesterifikasi pada minyak biji kelor mengubah minyak tersebut menjadi biodiesel. Tentunya biodiesel ini merupakan biodiesel yang terbarukan, tidak beracun, biodegradable, dan menghasilkan emisi yang kurang berbahaya.
Sebagai sumber pangan sehat
Bagian utama tanaman kelor yang merupakan sumber pangan sehat terutama adalah daun dan buah. Pada daun terkandung kalsium, vitamin C, vitamin A, Kalium, zat besi, dan protein yang sangat tinggi. Buah berupa polong yang masih muda merupakan sayuran bergizi tinggi karena banyak mengandung asam amino penting bagi kesehatan tubuh. Bagi ibu-ibu hamil dan menyusui, mengkonsumsi daun kelor sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya dan mem-percepat pertumbuhan serta menambah kekebalan bayi.
Sebagai sumber herbal (obat)
Hampir seluruh bagian tanaman kelor dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal. Daun kelor banyak khasiatnya untuk bahan terapi berbagai penyakit. Daun kelor dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan terutama bagi masyarakat yang kekurangan gizi.
Sebagai tanaman yang dikenal memiliki khasiat obat, maka banyak kandungan senyawa bersifat obat yang dijumpai di sebagian besar bagian tanaman. Senyawa aktif yang ditemukan hampir di seluruh seluruh bagian tanaman seperti akar, kulit kayu, daun, biji, minyak, buah, dan bunga. Sifat penyembuhan tanaman kelor meliputi antitumor, antipiretik, antiulcer, antispasmodic, diuretik, antihipertensi, menurun-kan kolesterol, antioksidan, hepatoprotektif, antibakteri, dan kegiatan fungisidal, serta anti diare. Belakangan ini manfaat obat dari tanaman ini juga untuk pengobatan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologic, dan juga pada gangguan hepatorenal
Sebagai sumber pakan ternak.
Daun kelor yang banyak mengandung hara mineral (nutrient), pada beberapa daerah dimanfaatkan sebagai makanan ternak (supplement). Ternak yang diberikan daun kelor pada pakan atau ransumnya menunjukkan peningkatan berat yang nyata, sedangkan pada hewan yang memproduksi susu, hasil susu meningkat. Selain itu ketahanan ternak terhadap beberapa penyakit semakin meningkat pula.
Sebagai sumber senyawa pengatur tumbuh
Masih terbatas pada pengujian di laboratorium maupun skala percobaan, didapatkan bahwa ekstrat daun kelor dapat sebagai senyawa pengatur tumbuh beberapa tanaman. Penyemprotan larutan daun kelor tampaknya dapat memacu pertumbuhan tanaman muda (pada fase pembibitan). Tanaman yang disemprotkan larutan ekstrak daun kelor akan menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit, periode tumbuh yang lebih panjang, perakaran yang semakin kokoh, lebatnya pertumbuhan daun maupun batang, lebih banyak membentuk buah, dan meningkatkan hasil.
Sebagai alat-bahan pembersih air
Biji kelor yang dihancurkan dapat sebagai bahan pembersih air yang kotor (memperbaiki kualitas air). Hal ini dikarenakan pada biji kelor terdapat senyawa yang dapat berperan sebagai kuagulan alami, dapat mereduksi logam berat dan pembersih dari bakteri E. coli.
Sebagai sumber alternative biodiesel
Minyak yang dikandung dalam biji tanaman kelor ini memiliki kualitas yang sangat baik. Memiliki kandungan lipid yang tinggi, yaitu sekitar 40-50%, stabilitas oksidatif yang tinggi, persentase yang lebih tinggi dari kandungan asam oleat dalam profil asam lemaknya. Oleh karena itu, maka tanaman kelor dapat berguna sebagai sumber alternatif biodiesel.
Nah itulah sebagian dari banyak manfaat tanaman kelor yang dapat diuraikan pada kesempatan ini. Kegunaan dan manfaat lainnya masih banyak, akan diuraikan di lain kesempatan……….
_________
Referensi:
Aderinola, O. A., T. A. Rafiu, A.O. Akinwumi, T. A. Alabi, and O. A. Adeagbo. 2013. Utilization of Moringa oleifera leaf as feed supplement in broiler diet. Int. J. Food Agric. Vet. Sci. 3(3):94-102.
Anwar, F., Rashid, U. 2007. Physicochemicall characteristics of Moringan oleifera seeds and seed oil from a wild provenance of Pakistan. Pakistan Journal Botany.21:17-25.
Daba, M. 2016. Miracle Tree: A Review on Multi-purposes of Moringa oleifera and Its Implication for Climate Change Mitigation. J Earth Sci Clim Change. 7: 366.
Melo, N.V., Vargas, T.Q., Calvo, C.M.C. 2013.Moringa oleifera L. an underutilized tree with macronutrients for human health. Emir. J. Food Agric. 25(10):785-789.
Sumber: https://bbsagriculture.com/